Ontologi Puisi Alex Wande Wegha


 


PUISI-PUISI

(ALEXANDER WANDE WEGHA)

*Penulis biasa di sapa Alex, dan sekarang sedang menuntut pendidikan di STFK  Ledalero- Maumere, dan berdiam di Biara Scalabrinian Nita-Maumere*


PELAKOR

Pada waktu bulu kudur tak berhenti pada batas-batas hasrat

Engkau meriangkan dia dengan kata-kata manis

Tenanglah, aku akan memandikan engkau di sumur yakub

Membangunkan semangatmu dengan keeping-keping rupiah

Hingga tuntas di telaga sunyi

 

Mandilah dengan riang

Busa putih engkau simpan pada ruang gelap

Berangkali ingin memutar segala arah

Cukup utara dan selatan engkau kenyang

Menyimpan rahasia-rahasia suci

Dibilik layar pembentuk  hidup

 

Namun,

Susu dan madu itu bukan milikmu

Janganlah engkau minum tampa pinta restu

Pada air mata yang jadi mata air

Terhimpit peluru rusuh

Dalam gubuk-gubuk tua

Jadi makanan ngengat setiap hari

Cukuplah menebar ingin pada bayang-bayang kata

Karena logam rupiah memakan hati

Lenyap dan mati oleh luapan kata

Berseliweran pada pinggir-pinggir sumur

                                                                        Scalabrinian Nita, 23 Agustus 2020


TIK- TOK MEMATIKAN

Sejak engkau hadir dengan rupa tak tampak

Sempat kutanyakan pada fajar

Berangkali datang melawat duka

Membius anak negri

Bertubi-tubi mencoba bunuh diri

 

Patah dan putar seiring irama baru

Kanan dan kiri jadi abu

Sudah jadi candu di pelupuk mata

Bersama ingin dan angan masih membuncang

 

Sadar sempat tak tampak pada bilik akal

Itu bukan makanan khas

Yang perlu kau lumat hingga tuntas

Bergerak searah mata angin


Waktu seakan lelah bekerja

Mencari puing-puing nama

Dengan lipatan pinggang patah

Akibat patah pinggan lupa jalan pulang

                                                                        Scalabrinian Nita, 23 Agustus 2020


KESETIAAN

Engkau adalah huruf-huruf buta

Inginku bentukmu menjadi kalimat

Agar paham tak hanya menunggu

Tinta dan jarum menjalar kepala

 

Sudah selayaknya di tabungkan pada gendang telinga

Titipan hasrat untuk  berjaga

Saat kau berteduh melepas lapuh dan lelah

Mengisi ruang dan waktu hingga tak bergerak lagi

 

Dan itupun, lapuh sudah jadi lapisan lumut

Tak pernah luntur dari pinggir perjanjian

Atas kata bibir mungil

Dari bulan kepada malam

                                                                        Kapel Scalabrinian, 23 Agustus 2020



Komentar

Postingan Populer