Cerpen Ari Dj
Ari dj
(Pegiat Sastra dalam Komunitas Sastra Djarum Scalabrini)
Suatu senja di kota
Kian Kelabu cahaya matahari menghantar diri pada remang cahaya lampu.
Satu-satunya cahaya menerangi diri sepanjang malam mati lampu. Dekat tungku api
nenek membetuli pelita usang bekas botol sirup adik ketika sakit dua minggu
yang lalu. Sementara kakek berada di hadapan pelita yang diletakan di atas meja
menanti nenek menyelesaikan pelita yang diperbaikinya. Kakek butuh pelita sebab
ia kebelet ingin buang air besar.
Di kota Kian Kelabu hujan
mengguyur. Pukul 17:50 program pemadaman listrik pemerintah kota dimulai.
Gemetar jemari nenek memperbaiki pelita usang itu. Sumbunya pendek dan
kering.Rupanya kakak belum menggantinya dengan sumbu yang baru dan mengisi
minyak sejak lima hari yang lalu sebelum ia pergi berlibur. Di dalam rumah
kakek masih menunggu. Sudah sejak tadi ia menahan gejolak dalam perutnya.
Situasi seperti ini rupanya panggilan alam sangat
kuat kakek rasakan. Sedari tadi nenek memperbaiki lampu, sejak itu pula ia
bersikeras melarang kakek ke kamar wc karena hujan yang lebat dan gelap. Itupun
karena nenek berhasil mengalahkan kakek dalam perdebatan pendek. Mata kakek
sudah rabun sedang nenek masih terang matanya.
Hujan sejenak gerimis
di kota Kian Kelabu, dengan langkah tertatih nenek bergegas ke kios membeli
minyak. Tanpa payung dan tanpa senter nenek tiba di kios yang kebetulan berada
tidak jauh dari rumah. Sebotol minyak dibelinya dengan uang lima ribu rupiah
pemberian adik dua hari yang lalu. Bukan
pemberian sebenarnya, uang itu adik titipkan ke nenek selagi ia bermain.
Setelah ibu datag menjemput adik,uang itu terlupakan. Di rumah, di hadapan
pelita kakek masih menunggu. Akhirnya kakek tidak sanggup lagi menahan
kuasanya. Ia nekat, mengambil pelita di hadapannya lalu tergopoh menuju kamar
wc yang berada lima langkah dari dapur. Akibat hujan kembali deras, pelita
kakek padam. Matanya yang rabun menuntun ia ke arah yang salah. Kakek
terperosok ke dalam lubang kakus.
Di kota Kian Kelabu,
listrik kembali menyala sesaat setelah nenek mendorong pintu rumah yang sejak
tadi sore tidak terkunci. Nenek mencari kakek yang sudah tidak ada bersama
pelita di atas meja. Ia menengok ke dapur, tetapi kakek tidak ada. Dicarinya kakek
keluar rumah sambil berteriak memanggil namanya, tidak ada suara terdengar
memberi jawaban. Diambilnya pelita yang baru saja ia isi minyak lalu menuju
kamar wc. Ia terkejut melihat kondisi kakus, dan...... nenek terjatuh tak
sadarkan diri.
Di kota Kian Kelabu, hari sangat cerah. Hujan kemarin rupanya memberi semangat baru bagi rumput-rumput liar. Pohon-pohon kembali berseri, seakan memiliki arti baru bagi hidupnya entah sampai kapan. Di samping itu, hari cerah itu memberi kabar baru bahwa kisah kakek dan nenek telah usai.Nenek terbangun dari ketidaksadarannya. Ia tidak terkejut dengan hadirnya polisi dan para medis di rumahnya, pun banyak orang yang berteriak menangis histeris. Dalam mimpinya, kakek datang memberinya kecupan perpisahan lalu bayang wajah kakek sirna di hadapannya. Nenek meneteskan air mata sejenak, dan tersenyum. “Kau menepati janjimu, Sayang”, katanya dalam hati.
Komentar
Posting Komentar